“Detik detik, waktu berlalu pergi, lukiskan semua kisah … ”
(Monita Tahalea, Hope)

Aku suka lagunya. Tenang, lirih. Mengingatkan pada hari berhujan yg syahdu, sendiri di sebelah jendela, ditemani kertas dan pena. Beralih dari honing di sana menuju ramai di kepala.

Hahaha. Melamun.

Tapi, memang lagu itu menggelitik.
Membuatku bertanya-tanya. Tentang kita.

Detik-detik waktu berlalu pergi, lukiskan semua kisah.
Kita punya kisah kah ? Memang berapa banyak detik yg sudah kita lalui ?

Relatif.
Kubilang banyak. Yang lain bilang sedikit.
Padahal jumlahnya sama

Mengapa kita bertemu ?
Dipertemukan, mungkin lebih tepat.
Takdir ?

Mengapa kamu ?
Mengapa aku?
Takdir ?

Mengapa cinta, kita, begitu saja ?
Apa jawabnya ?

Mengapa kamu begitu yakin ?
Mengapa aku pun yakin ?
Dalam waktu, yang sesingkat (atau sepanjang) ini

Mengapa kamu tenang, sedangkan aku begitu resah ?
Inikah perkenalan ?

Kita yakin sebelum mengenal
Terlalu cepat kah ?
Aku takut kamu menyesal, lalu pergi
Karena aku sungguh ingin tinggal

Pantaskah aku ?

Hujan berhenti
Aku mengerjap
Tandanya aku sudah kembali

Apa saja tadi ?

Bagian akhir lagunya
“kuucapkan terima kasih Tuhan, atas segala karunia cinta…”

thank God it’s you

Posted with WordPress for BlackBerry.

About Yoan

Skeptis, gampang terpengaruh, pemimpi, love to sing

Tinggalkan komentar